WIDYASWARA SANG PENCIPTA LAGU

Widyaswara lahir di kota surabaya dan diberi anugrah Tuhan untuk mencipta lagu.

BUKU "MENULIS LAGU DARI HATI" Widyaswara dan Tigita

Buku yang wajib dibaca musisi dan pencipta lagu, download gratis di www.docstoc.com/profile/widyaswara.

SMA MARYAM SURABAYA

SMA MARYAM yang berlokasi di jalan manyar sambongan 119 surabaya tidak hanya mengajarkan pendidikan agama dan juga siswa dibekali pelatihan membuat blogger.

BUNDA TITIK, PENGUSAHA SUKSES

Sosok Bunda Titik yang pekerja keras membuatnya sukses mengelolah TK Global Plus, KONVEKSI SERAGAM DAN Pedangang sembako, alamatnya jalan kalidami 8/25 surabaya

TK GLOBAL PLUS SURABAYA

TK GLOBAL PLUS SURABAYA yang beralamat di jl.kalidami viii/25 surabaya merupakan TAMAN KANAK KANAK kebanggaan anak kalidami dan sekitarnya.

Kamis, 29 April 2010

'RADJA' CARI PERSONIL BARU

VIVAnews - Mewakili grup band Radja yang digawanginya, Ian Kasela menggelar jumpa pers untuk mengkonfirmasi soal dua personel 'Radja' yang resmi mengundurkan diri. Ian Kasela meluruskan semua berita simpang siur yang berhembus terkait dengan keluarnya Indra (Bass) dan Seno (Gitar) dari grup band Radja. Gosip soal tidak adilnya pembagian honor hingga adanya konflik antar personel, sempat diasumsikan sebagai pemicu keluarnya Indra dan Seno dari 'Radja'. Sementara, Ian Kasela memberikan sanggahan bahwa kedua rekannya itu keluar karena sudah tidak adanya kecocokan dengan manajemen grup Radja. Ian pun mengaku sudah rela dan ikhlas melepas Indra dan Seno. "Tapi 'Radja' tidak bubar, 'Radja' tetap ada," kata Ian. Menurut Moldy, 'Radja' juga sedang mencari pengganti untuk Indra dan Seno. "Sampai saat ini gue masih berdua, tapi memang ada rencana mau buat audisi, untuk cari penggantinya, dan harus cowok, karena namanya 'Radja'," ucap Moldy di acara jumpa pers tersebut. Jika nanti berganti formasi, Ian dan Moldy tidak pernah takut ditinggalkan fans. Mereka optimis fans 'Radja' akan tetap setia. "Kenapa mesti takut, kita kan memberikan yang terbaik dengan lagu-lagu yang bisa dinikmati," kata Ian menambahkan. Mungkin di antara kalian tertarik untuk ikut audisi dan bergabung bersama Radja.

Selasa, 27 April 2010

DAMPAK PARIWISATA, SALAH SATU ADANYA GIGOLO

VIVAnews -- Di Pantai Kuta Bali praktik gigolo sudah ada sejak 20 tahun lalu. Keberadaanya dapat diketahui secara nyata. Mereka memiliki ciri-ciri tersendiri bila akan mencari mangsanya. Jony Combor, salah satu gigolo pantai menyatakan, aktifitas gigolo pantai berbeda dengan gigolo umumnya, seperti di cafe atau tempat hiburan. Menurutnya, operasi gigolo Kuta, juga berbeda dengan gigolo yang ada di Ubud Gianyar yang mencari mangsa di sebuah café atau Bar. Jika mangsa sudah kena biasanya mereka diajak ke villa-villa. Gigolo-gigolo tersebut kerap sengaja dihubungi tamunya sebelum tiba di Bali. Kemudian diminta untuk menemani sang tamu selama berlibur di Bali. "Mereka juga memiliki teman tamu yang kapasitasnya menemani turis selama 2-3 minggu, seperti jalan-jalan, shoping hingga menghantar liburan ke wilayah lain seperti Lombok," kata Jony Combor. Diantara mereka ada yang berhubungan, ada juga yang tidak. "Bisa dikatakan mereka ini sebagai guide tidak resmi," ujarnya. Berbeda dengan gigolo pantai, cirinya antara lain biasanya berbada kekar, berkulit hitam, dekil, gondrong tanggung, rambut diwarnai, suka mengenakan celana melorot, dan suka berjemur. "Itu ciri-ciri yang menonjol, jika mencari mangsa biasanya mereka mendekati target yang sedang berjemur dengan bahasa asing sehari-harinya," katanya. Bahasa yang sering digunakan untuk mendekati tamu seperti "Hi.. how are you". Jika to the point gigolo ini akan mengatakan "you like jig-ijigg?" jigg-ijigg adalah salah satu istilah bahasa gaul dari Australia yang biasa digunakan oleh bule-bule yang ingin melakukan seks. Jika targetnya orang Jepang, bahasa yang digunakan "Moshi-moshi…, anata wa daisuki icha-icha, desu ka"?? artinya "halo apa anda mau 'bercinta' dengan saya?" Sulitnya, tempat nongkrong para gigolo ini tidak bisa ditebak. Tapi, biasanya berada di warung-warung sepanjang Pantai Kuta. Berbeda dengan di kawasan Ubud Gianyar, ciri-ciri mereka hampir sama, celana oblong, kekar, dan mengenakan topi miring, kacamata hitam. Mereka bukan asli Kuta, rata-rata mereka dari wilayah lain seperti Buleleng, Singaraja, Karangasem, bahkan dari Banyuwangi dan Jember. "Di ubud juga banyak, biasanya mereka nongkrong dekat tempat wisata Monkey Fores, di samping lapangan, di jalan Dewi Sita, mereka biasanya di Villa-villa," katanya.