Minggu, 08 Agustus 2010

POWER SLAVES, TAK PERNAH MATI

Grup musik asal Semarang, Power Slaves yang pernah berjaya era 1990-an mencoba bernostalgia menyapa para penggemarnya di kampung halaman, dalam konser di Liquid Cafe Semarang, Sabtu. Penampilan grup musik yang diawaki oleh Heidy Ibrahim (vokal), Anwar Fatahillah (bass), dan Acho Jibrani (gitar) itu sepertinya sangat dinanti terlihat dari ratusan penonton yang rela dan antusias menunggu band kesayangannya itu tampil. Power Slaves memang telah lama vakum setelah meluncurkan album kelima "Gak Bisa Mati" pada 2004 sehingga penampilannya itu seolah-olah menjadi ajang kangen-kangenan dengan kota yang telah membesarkan namanya. Sesuai dengan nuansa nostalgia dengan kota asalnya, Power Slaves langsung meluncurkan tembang bertajuk "Semarang" untuk mengawali penampilannya kali itu, disusul dengan tembang bertajuk "Sisa" dan "Matahari". Heidy, sang vokalis dengan suara khasnya yang melengking ternyata tak kehilangan pesonanya meski lama tak tampil, dan masih sanggup mengoyak adrenalin penonton dengan tembang beraroma rock klasik yang teramat kental. Tak mau kalah, Acho tampil atraktif dengan memamerkan kebolehannya memoles gitar menghasilkan melodi melengking-lengking nan menyayat khas band rock lawas, dipadu betotan bass Anwar yang terlihat tampil lebih kalem. Beberapa penonton terlihat merangsek ke depan panggung untuk bisa menyaksikan penampilan band bentukan 1991 itu lebih dekat dan Heidy menyambutnya dengan hangat seraya melontarkan prolog sebelum bernyanyi. "Terima kasih atas kesetiaannya selama ini pada Power Slaves. Terima kasih Semarang, ayo semangat," kata sang vokalis yang membuat semakin banyak penonton maju ke depan panggung, bahkan ada penonton yang membentangkan spanduk. Tiga personil Power Slaves yang berpenampilan sangar dengan rambut gondrong, dibantu beberapa pemain `additional` tak sanggup meredam antusiasme penonton menyaksikan aksi band kesayangannya menyanyikan lagu-lagu andalannya. "Jangan Kau Mati", tembang teranyar Power Slaves dihadirkan dengan nuansa melankolis, disusul dengan serentetan tembang lawas berjudul "Andaikata", "Insiden Mie", dan "Find Our Love" yang disambut penonton dengan tepuk tangan meriah. Antusiasme penonton semakin memuncak ketika band yang tengah merilis album baru itu menyanyikan tembang berjudul "Malam Ini" yang pernah sangat populer dan menyambutnya dengan tepuk tangan dan sorak-sorai. "Bagaimanapun juga, kami tak mungkin melupakan Kota Semarang, karena kami besar dari kota ini. Semarang adalah kota asal kami," kata Heidy, seraya mengaku mereka tengah merilis mini album perpaduan tembang lawas dan anyar. Power Slaves tampil menyanyikan sekitar 13 lagu, termasuk "Amoral", "Father `n Son", "Impian", dan mengakhiri penampilannya selama sekitar 1,5 jam itu dengan menyuguhkan satu tembang pamungkas berjudul "Metal Kecil".

Dengarkan lagu-lagu Power Slaves