WIDYASWARA SANG PENCIPTA LAGU

Widyaswara lahir di kota surabaya dan diberi anugrah Tuhan untuk mencipta lagu.

BUKU "MENULIS LAGU DARI HATI" Widyaswara dan Tigita

Buku yang wajib dibaca musisi dan pencipta lagu, download gratis di www.docstoc.com/profile/widyaswara.

SMA MARYAM SURABAYA

SMA MARYAM yang berlokasi di jalan manyar sambongan 119 surabaya tidak hanya mengajarkan pendidikan agama dan juga siswa dibekali pelatihan membuat blogger.

BUNDA TITIK, PENGUSAHA SUKSES

Sosok Bunda Titik yang pekerja keras membuatnya sukses mengelolah TK Global Plus, KONVEKSI SERAGAM DAN Pedangang sembako, alamatnya jalan kalidami 8/25 surabaya

TK GLOBAL PLUS SURABAYA

TK GLOBAL PLUS SURABAYA yang beralamat di jl.kalidami viii/25 surabaya merupakan TAMAN KANAK KANAK kebanggaan anak kalidami dan sekitarnya.

Senin, 04 Januari 2010

GARASI BAND

Garasi Band adalah trio band kelahiran akhir 2005. Garasi digawangi oleh Ayu Ratna (vokal, gitar), Fedi Nuril (keyboard, gitar) dan Aries Budiman (drum). Kelahiran band ini cukup unik karena diikuti rilis film layar lebar dengan setting grup mereka. Film dengan judul Garasi (2006) itu diproduseri oleh Mira Lesmana dan di bawah arahan Agung Sentausa. Album perdana mereka dirilis bersamaan dengan peluncuran film Garasi. Pemasaran album mereka dibantu oleh Indra Lesmana, Abdee Slank, dan Anang, serta diproduksi oleh Miles Music. Ketiga personil Garasi ditemukan secara tidak langsung oleh musisi Indra Lesmana, adik Mira Lesmana. Ayu awalnya ikut audisi pencarian bakat Indonesian Idol. Namun sayang dirinya tidak lolos. Indra yang tertarik dengan kepiawaian Ayu dalam bermain gitar, sehingga ia meminta kakaknya, Mira Lesmana untuk meng-casting Ayu. Sedangkan Aries adalah drummer yang kerap mengikuti festival dan sering mendapat gelar sebgai best drummer. Fedi Nuril yang sebelumnya terkenal sebagai bintang iklan dan aktor ini mendapat kepercayaan untuk memainkan keybord sekaligus gitar. Album perdana mereka akan diedarkan bersamaan dengan peluncuran film Garasi.[1] Berkah kembali menghampiri mereka karena dipercaya tampil di Jepang pada tanggal 1 November 2007. Aksi musik dengan iringan akustik ini dilakukan karena film Garasi akan diputarkan secara eksklusif di 8th NHK Asian Film Festival 2007, yang berlangsung pada tanggal 31 Oktober hingga 5 November 2007.[2] Dua tahun setelah album perdana, Garasi kembali merilis album kedua bertajuk Garasi II pada 7 Juli 2008. Album yang berisi 10 lagu dan 1 bonus track dengan single hits "Tak Ada Lagi" ini mengeksplorasi sound digital rock bernada sedikit mellow. Garasi pun mencoba berkompromi dengan pasar.[3] Awal tahun 2009, Ayu Ratna resmi dinyatakan mundur sebagai vokalis grup musik Garasi. Masalah ketidakcocokan dan kesibukan Ayu di luar dinyatakan Fedi Nuril sebagai penyebab dikeluarkannya Ayu dari Garasi.[4] Karena kekosongan band Garasi, maka untuk sementara Fedi yang akan menjadi vokalis Garasi untuk kepentingan show-show. Sampai saat ini, personel dan managemen Garasi masih melakukan audisi untuk vokalis mereka yang baru.

Situs : Friendster.garasi band

Video klip Garasi Band :

EBIET G ADE, TREND BALADA INDONESIA

Ebiet G. Ade (lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 April 1954; umur 55 tahun) adalah seorang penyanyi dan penulis lagu berkewarganegaraan Indonesia. Ebiet dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-genre balada, pada awal karirnya, ia 'memotret' suasana kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Tema lagunya beragam, tidak hanya tentang cinta, tetap ada juga lagu-lagu bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, keluarga, dll. Sentuhan musiknya sempat mendorong pembaruan pada dunia musik pop Indonesia. Semua lagu ditulisnya sendiri, ia tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan Kusbini. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di Jawa Tengah, memusikalisasikan puisi-puisi karya Emily Dickinson, Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh Umbu Landu Paranggi) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di Jackson Record pada tahun 1979.[6] Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton, maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta. Ia melalui rekaman demi rekaman dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di Filipina untuk mencapai hasil yang lebih baik, yakni album Camellia III. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam bahasa Jepang, ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana. Pernah juga ia melakukan rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat, untuk album ke-8-nya Zaman. Ia menyertakan Addie M.S. dan Dodo Zakaria sebagai rekan yang membantu musiknya. Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983. Sekitar 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, perusahaan rekam yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri EGA Records, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah. Sayang, pada tahun 1990, Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih "bertapa" dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada tahun 1995 ia mengeluarkan album Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh Ian Antono, Billy J. Budiardjo (alm), Purwacaraka, dan Erwin Gutawa) dan Cinta Sebening Embun (didukung oleh Adi Adrian dari KLa Project). Pada tahun 1996 ia mengeluarkan album Aku Ingin Pulang (didukung oleh Purwacaraka dan Embong Rahardjo). Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album Gamelan yang memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan musik gamelan oleh Rizal Mantovani. Pada tahun 2000 Ebiet mengeluarkan album Balada Sinetron Cinta dan tahun 2001 ia mengeluarkan album Bahasa Langit, yang didukung oleh Andi Rianto, Erwin Gutawa dan Tohpati. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama 5 tahun ke depan. Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album Kita Untuk Mereka, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana.

Situs : www.ebietgade.com

Video klip Ebiet G Ade :

Sabtu, 02 Januari 2010

ERMY KULLIT

Ermy Kullit yang memiliki nama lengkap Ermy Maryam Nurjannah Kullit (lahir di Manado, 13 Mei 1955; umur 54 tahun) adalah penyanyi jazz Indonesia. Ermy juga mendapat julukan sebagai Selena Jones Indonesia. Nama Ermy melejit berkat tembang "Kasih" ciptaan Richard Kyoto dan "Pasrah" ciptaan Ryan Kyoto. Sejak mulai berkarier di tahun 1973, Ermy tercatat telah menelurkan lebih dari 20 album. Kerja sama Ermy dan Ireng tercipta pertama kali saat merilis album Jazzy Dixie di tahun 1982. Album yang diedarkan perusahaan Irama Tara ini berisi lagu-lagu pop yang sudah dikenal dan top di eranya, seperti "Nikmatnya Cinta", "Kidung", "Widuri", "Mimpi", "Benci tapi Rindu", dan lain-lain. Ireng tak hanya berperan sebagai penata musik, tapi juga penggagas sebagai debut awalnya ke dapur rekaman dengan mengusung lagu-lagu jazz. Tentu saja kehadiran Ermy disambut baik setelah sekian lama penikmat musik jazz menantikan regenerasi dari Margie Sigers dan Rien Djamain. Setahun kemudian, Ermy kembali bersama Ireng merilis album Bossas dengan lagu-lagu karya cipta sang legendaris, Rinto Harahap. Kemudian disusul album Cintaku Abadi (1984) ciptaan Buche Tess dan Walau dalam Mimpi (1985) hasil ciptaan David Messakh. Nama Ermy melejit berkat lagu Kasih ciptaan Richard Kyoto yang direkam tahun 1986. Lewat album ini pula Ermy dinobatkan sebagai Penyanyi Jazz Terbaik pilihan angket pembaca tabloid Monitor dan nominasi sebagai album terbaik oleh BASF Award. Tiga tahun kemudia, karya Ryan Kyoto, "Pasrah" kian memantapkan kariernya di dunia tarik suara.

Video klip Ermy Kullit :