Ebiet G. Ade (lahir di
Banjarnegara,
Jawa Tengah,
21 April 1954; umur 55 tahun) adalah seorang
penyanyi dan
penulis lagu berkewarganegaraan
Indonesia. Ebiet dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-genre
balada, pada awal karirnya, ia 'memotret' suasana kehidupan
Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Tema lagunya beragam, tidak hanya tentang
cinta, tetap ada juga lagu-lagu bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, keluarga, dll. Sentuhan musiknya sempat mendorong pembaruan pada dunia
musik pop Indonesia. Semua
lagu ditulisnya sendiri, ia tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu
Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan
Kusbini. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono,
Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di
Jawa Tengah, memusikalisasikan puisi-puisi karya
Emily Dickinson,
Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh
Umbu Landu Paranggi) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di
Jackson Record pada tahun
1979.
[6] Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton, maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta. Ia melalui rekaman demi rekaman dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di
Filipina untuk mencapai hasil yang lebih baik, yakni album
Camellia III. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam
bahasa Jepang, ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana. Pernah juga ia melakukan rekaman di
Capitol Records,
Amerika Serikat, untuk album ke-8-nya
Zaman. Ia menyertakan
Addie M.S. dan
Dodo Zakaria sebagai rekan yang membantu musiknya. Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-
1983. Sekitar 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun
1986, perusahaan rekam yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri
EGA Records, yang memproduksi 3 album,
Menjaring Matahari,
Sketsa Rembulan Emas, dan
Seraut Wajah. Sayang, pada tahun
1990, Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih "bertapa" dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada tahun
1995 ia mengeluarkan album
Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh
Ian Antono,
Billy J. Budiardjo (alm),
Purwacaraka, dan
Erwin Gutawa) dan
Cinta Sebening Embun (didukung oleh
Adi Adrian dari
KLa Project). Pada tahun
1996 ia mengeluarkan album
Aku Ingin Pulang (didukung oleh Purwacaraka dan
Embong Rahardjo). Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album
Gamelan yang memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan musik
gamelan oleh
Rizal Mantovani. Pada tahun
2000 Ebiet mengeluarkan album
Balada Sinetron Cinta dan tahun
2001 ia mengeluarkan album
Bahasa Langit, yang didukung oleh
Andi Rianto, Erwin Gutawa dan
Tohpati. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama 5 tahun ke depan. Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album
Kita Untuk Mereka, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya
tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana.
Situs :
www.ebietgade.comVideo klip Ebiet G Ade :