Rabu, 31 Oktober 2018

PARASUT SOLUSI PADA PERUSAHAAN PENERBANGAN/PEMERINTAH Ditulis oleh Ki Sapujagad Tirtamaya, budayawan Surabaya



PARASUT SOLUSI PADA PERUSAHAAN PENERBANGAN/PEMERINTAH
Ditulis oleh Ki Sapujagad Tirtamaya, budayawan Surabaya

Kecelakaan penerbangan di udara selalu sering terjadi dan kebanyakan penumpangnya meninggal semua. Pesawat ditemukan sudah hancur berkeping-keping dan penumpang ditemukan sudah dalam keadaan mati dan terkadang tinggal potongan tubuh yang sangat sulit untuk dikenali. Kalau mau jujur penumpang tidak mau mati sia-sia hanya karena salah memilih transportasi udara. Keselamatan mereka tergantung pada keahlian pilot dan fasilitas yang dimiliki oleh pesawat komersil.

Yang Ki Sapujagad tahu, fasilitas keselamatan penerbangan bagi penumpang hanya diberi pelampung badan saja. Di pesawat, pramugari memberi petunjuk bagaimana menggunakan pelampung badan tersebut. Penggunaannya memang mudah tinggal menarik tali pelampung maka pelampung akan menggembang. Tetapi fasilitas ini mempunyai kelemahan bagaimana kalau pesawat langsung jatuh ke laut dan meledak tentu penumpang tidak sempat menggunakan pelampung badan tersebut. Dalam setiap menit, waktu adalah sangat penting dalam keadaan darurat bahaya dalam penerbangan. Keputusan cepat dan tepat untuk keselamatan penumpang harus diambil, bagaimana penumpang bisa selamat!

Mungkin yang dipikirkan pengambil kebijaksaan tersebut, pesawat digambarkan jatuh ke laut dengan mulus, tidak langsung tenggelam dan penumpang segera menggunakan pelampung tersebut dan berenang atau terapung di permukaan laut dan tinggal menunggu bantuan.

Ki Sapujagad Tirtamaya mempunyai usulan ide yang cemerlang untuk mengatasi permasalahan di perusahaan penerbangan tersebut. Sebaiknya setiap penumpang ditambahkan fasilitas baru yakni parasut yang dirancang khusus dan sangat mudah digunakan dan juga dilengkapi alat pelacak (gps). Mengapa demikian, karena kita berprinsip keselamatan tidak tergantung pada pilot. Nyawa penumpang bukan pilot yang memutuskan mati atau tidak. Dalam kondisi darurat di udara dimana pilot sudah tidak bisa mengendalikan pesawatnya. Alternatif keselamatan harus ditawarkan pada penumpang karena ini merupakan hak penumpang untuk hidup atau mati.

Apabila penumpang diberi dua fasilitas keselamatan seperti pelampung badan, helm, parasut yang dilengkapi dengan gps (alat pencari jejak), senter, makanan ringan dll. Dalam kondisi darurat di udara di mana pilot sudah menyerah tentang kondisi pesawat dan memberi penumpang kesempatan untuk memilih jalan kematiannya. Bagi penumpang yang tidak ingin mati sia-sia. Dari pada pasrah saja lebih baik berusaha dengan memilih menggunakan pelampung dan parasut kemudian melompat ke luar pesawat untuk mengaduh nasibnya, hidup atau mati tergantung Allah SWT. Dengan berusaha dan berdoa tentu nyawa masih diberi umur panjang. Dengan melayang-layang di udara, nyawa masih terselamatan, tetapi perjuangan untuk hidup masih panjang. Dia harus siap terapung di laut atau terdampar di hutan. Namun dengan teknologi canggih, dalam keadaan darurat pilot sudah lapor ke sentral pengaturan udara yang berwenang sebelum jatuh ke laut atau hutan. Tentu dengan cepat keadaan penumpang yang terjun menggunakan parasut dapat terpantau karena di pelampung/parasutnya sudah terpasang GPS alat pencari jejak. Dan nyawa penumpang dapat terselamatkan dengan cepat karena teknologi canggih yang akan mengetahui keberadaan penumpang tersebut.

Tentu saja ide ini perlu dikomunikasikan dengan banyak pihak dan akan menimbulkan pro dan kontra. Untuk menyediakan fasilitas tentu menambah biaya operasional dan harga tiket pesawat. Walau mahal kalau penumpang diberi pilihan yang terbaik masalah harga bukanlah masalah. Keselamatan itu harganya memang mahal. Dalam kondisi darurat di udara, penumpang berhak diberi tahu dan keselamatan penumpang tidak harus tergantung pada pilot tetapi pada keputusan penumpang sendiri, memilih mati secara berjamaah atau berusaha semaksimal mungkin untuk menyambung nyawanya sendiri dengan terjun menggunakan parasut.

Salam budaya