MAKAM
ADIPATI JANGRANA, ADIPATI SURABAYA 1
Nama
asli Jangrana adalah Anggawangsa. Ia adalah putra Ki Joko Brondong alias Lanang
Dangiran. Sejak muda ia mengabdi Pangeran Pekik di Surabaya. Menurut Babad
Tanah Jawi, tokoh Jangrana yang dihukum mati di Kartasura tahun 1709. Sedangkan
menurut sejarah regent soerabaya, Jangrana alias Panembahan Panatagama yang
dihukum mati adalah putra Jangrana
Anggawangsa. Dengan kata lain, Anggawangsa adalah Jangrana I, sedang
Panatagama adalah Jangrana II.
Pada
tahun 1677 Anggawangsa dan kakaknya Anggajaya bergabung membantu Amangkurat II
(cucu Pangeran Pekik dari ibu) dalam perang melawan pemberontakan Trunajaya.
Anggawangsa berhasil merebut meriam pusaka Nyai Setomi dari tangan pemberontak
di Gresik. Ketika para pemberontak berhasil diusir pula dari Surabaya,
Anggawangsa pun diangkat sebagai bupati di sana bergelar Tumenggung Jangrana.
Jangrana
juga berhasil membebaskan Cakraningrat II bupati Madura yang dibuang Trunajaya
di hutan Lodaya (dekat Blitar). Setelah Trunajaya kalah, Jangrana ditugaskan
memadamkan pemberontakan Tawangalun di Blambangan. Namun ia berperang
setengah-tengah dalam hati memihak Tawangalun. Jangrana
juga dikenal memiliki harga diri tinggi, sepulang menumpas pemberontakan
Wanakusuma di gunung Kidul, ia pulang dengan meminta residen Surabaya menyambut
kedatangannya menggunakan tembakan salvo. Setelah
kematian Untung Surapati tahun 1706 dan tertangkapnya Amangkurat III tahun
1708, pihak VOC ganti melaporkan pengkhianatan Jangrana kepada Pakubuwana I
pada tahun 1709.
Jangrana
terbukti telah merugikan VOC dalam perang tahun 1706, Ia sebagai pemandu
perjalanan dalam penyerbuan ke Pasuruan sengaja milih jalur yang sulit, antara
lain melewati rawa-rawa, sehingga banyak tentara Belanda yang jatuh sakit dan
mati, Jangrana sendiri juga dinilai bertembpur setengah hati, terbukti prajurit
Surabaya tidak ada yang gugur melawan Pasuruan. Atas desakan Voc tersebut,
Pakubuwana I terpaksa memanggil Jangrana untuk dihukum mati. Jangrana bersedia
asalkan rakyat Surabaya tidak dilibatkan. Maka, Jangrana pun tewan ditusuk
keris oleh petugas Kartasura.
Makam
Raja Surabaya yang berjiwa besar ini sangat sederhana dan bersahaja ini
terletak di depan pabrik Tjiwi Kimia jalan raya Mojokerto Surabaya KM44, desa
Kramat Tumenggung, Balongbendo, Sidoarjo,