PARASUT SOLUSI PADA PERUSAHAAN PENERBANGAN/PEMERINTAH
Ditulis
oleh Ki Sapujagad Tirtamaya, budayawan Surabaya
Kecelakaan
penerbangan di udara selalu sering terjadi dan kebanyakan penumpangnya
meninggal semua. Pesawat ditemukan sudah hancur berkeping-keping dan penumpang
ditemukan sudah dalam keadaan mati dan terkadang tinggal potongan tubuh yang
sangat sulit untuk dikenali. Kalau mau jujur penumpang tidak mau mati sia-sia
hanya karena salah memilih transportasi udara. Keselamatan mereka tergantung
pada keahlian pilot dan fasilitas yang dimiliki oleh pesawat komersil.
Yang
Ki Sapujagad tahu, fasilitas keselamatan penerbangan bagi penumpang hanya
diberi pelampung badan saja. Di pesawat, pramugari memberi petunjuk bagaimana
menggunakan pelampung badan tersebut. Penggunaannya memang mudah tinggal
menarik tali pelampung maka pelampung akan menggembang. Tetapi fasilitas ini
mempunyai kelemahan bagaimana kalau pesawat langsung jatuh ke laut dan meledak
tentu penumpang tidak sempat menggunakan pelampung badan tersebut. Dalam setiap
menit, waktu adalah sangat penting dalam keadaan darurat bahaya dalam penerbangan.
Keputusan cepat dan tepat untuk keselamatan penumpang harus diambil, bagaimana
penumpang bisa selamat!
Mungkin
yang dipikirkan pengambil kebijaksaan tersebut, pesawat digambarkan jatuh ke
laut dengan mulus, tidak langsung tenggelam dan penumpang segera menggunakan
pelampung tersebut dan berenang atau terapung di permukaan laut dan tinggal
menunggu bantuan.
Ki
Sapujagad Tirtamaya mempunyai usulan ide yang cemerlang untuk mengatasi
permasalahan di perusahaan penerbangan tersebut. Sebaiknya setiap penumpang ditambahkan
fasilitas baru yakni parasut yang dirancang khusus dan sangat mudah digunakan
dan juga dilengkapi alat pelacak (gps). Mengapa demikian, karena kita
berprinsip keselamatan tidak tergantung pada pilot. Nyawa penumpang bukan pilot
yang memutuskan mati atau tidak. Dalam kondisi darurat di udara dimana pilot
sudah tidak bisa mengendalikan pesawatnya. Alternatif keselamatan harus
ditawarkan pada penumpang karena ini merupakan hak penumpang untuk hidup atau
mati.
Apabila
penumpang diberi dua fasilitas keselamatan seperti pelampung badan, helm, parasut
yang dilengkapi dengan gps (alat pencari jejak), senter, makanan ringan dll. Dalam
kondisi darurat di udara di mana pilot sudah menyerah tentang kondisi pesawat
dan memberi penumpang kesempatan untuk memilih jalan kematiannya. Bagi
penumpang yang tidak ingin mati sia-sia. Dari pada pasrah saja lebih baik berusaha
dengan memilih menggunakan pelampung dan parasut kemudian melompat ke luar
pesawat untuk mengaduh nasibnya, hidup atau mati tergantung Allah SWT. Dengan
berusaha dan berdoa tentu nyawa masih diberi umur panjang. Dengan
melayang-layang di udara, nyawa masih terselamatan, tetapi perjuangan untuk hidup
masih panjang. Dia harus siap terapung di laut atau terdampar di hutan. Namun
dengan teknologi canggih, dalam keadaan darurat pilot sudah lapor ke sentral
pengaturan udara yang berwenang sebelum jatuh ke laut atau hutan. Tentu dengan
cepat keadaan penumpang yang terjun menggunakan parasut dapat terpantau karena
di pelampung/parasutnya sudah terpasang GPS alat pencari jejak. Dan nyawa
penumpang dapat terselamatkan dengan cepat karena teknologi canggih yang akan
mengetahui keberadaan penumpang tersebut.
Tentu
saja ide ini perlu dikomunikasikan dengan banyak pihak dan akan menimbulkan pro
dan kontra. Untuk menyediakan fasilitas tentu menambah biaya operasional dan
harga tiket pesawat. Walau mahal kalau penumpang diberi pilihan yang terbaik
masalah harga bukanlah masalah. Keselamatan itu harganya memang mahal. Dalam
kondisi darurat di udara, penumpang berhak diberi tahu dan keselamatan
penumpang tidak harus tergantung pada pilot tetapi pada keputusan penumpang
sendiri, memilih mati secara berjamaah atau berusaha semaksimal mungkin untuk
menyambung nyawanya sendiri dengan terjun menggunakan parasut.
Salam
budaya