SELAMAT
MEMPERINGATI MAULUD NABI MUHAMMAD SAW, DRS. TARU SASMITA CALEG DPRD SURABAYA
Peringatan
Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang),
bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 Hijriyah. Ibn Katsir
dalam kitab Tarikh berkata:
Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi
pada bulan Rabi'ul
Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang
berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya.
Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi
bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh
rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik ulama dalam
bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam
bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya. Sejak tiga hari,
sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan.
Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir
dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan
dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka
semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk
pertama kalinya itu.
Masyarakat Muslim di Indonesia
umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan
seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan
pengajian. Menurut penanggalan Jawa, bulan Rabiul Awaldisebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga
dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten. Adapun pawai endhog-endhogan yang dilaksanakan oleh
masyarakat Jawa-Using di
Banyuwangi, Jawa Timur.